TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT GERHANA
Niat Sholat Gerhana :
Gerhana Bulan
ﺃُﺻَﻠِّﻲْ ﺳُﻨَّﺔَ ﻟِﺨُﺴُﻮْﻑِ ﺍﻟْﻘَﻤَﺮِ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻟِﻠَّﻪِ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
{” Ushallii Sunnatal Khusuufil-Qomari
Rak’ataini Lillahi Ta’alaa “}
Artinya : {” Saya niat (melaksanakan)
shalat sunnah Gerhana Bulan dua
rakaat karena Allah ta’ala “}
Gerhana Matahari
ﺃُﺻَﻠِّﻲْ ﺳُﻨَّﺔَ ﻟِﻜُﺴُﻮْﻑِ ﺍﻟﺸَّﻤﺲِ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ
ﻟِﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
{” Ushallii Sunnatal Kusuufis-
Syamsi Rak’ataini Lillahi Ta’alaa “}
Artinya : {” Aku niat
(melaksanakan) shalat sunnah
Gerhana Matahari dua rakaat karena
Allah ta’ala “}
Tata cara pelaksanaan
shalat gerhana sebagai berikut:
1. Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah,
kemudian membaca surat yang panjang, setara surat
Al-Baqarah.
2. Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
3. Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu
LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
4. Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat
Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak
sepanjang pada bacaan sebelumnya.
5. Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak
sepanjang yang pertama.
6. Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu
LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
7. Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud
kembali.
8. Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya
seperti pada rakaat pertama tadi.
Catatan:
* Disunnahkan pelaksanaan shalat gerhana di masjid,
tidak ada azan atau iqomah sebelumnya, hanya
panggilan
“Al-Shalatul Jami'ah.”
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha ,
"Bahwa telah terjadi
gerhana matahari di zaman Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam lalu beliau mengutus seorang untuk
menyeru “Al-Shalatul Jami'ah,” maka mereka berkumpul
dan beliau maju bertakbir dan shalat dua rakaat
dengan empat ruku' dan empat sujud." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia mengatakan:
"Ketika terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , diserukan
“Al-Shalatul Jami'ah”. (HR. Al-Bukhari)
* Disunnahkan Imam untuk memberikan nasihat kepada
manusia dengan berkhutbah setelah shalat,
memperingatkan mereka agar tidak lalai dan
memerintahkan mereka supaya memperbanyak doa,
istighfar, dan amal shalih.
Hal ini didasarkan pada
hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha , "Ketika Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah selesai dari shalat,
beliau berdiri dan berkhutbah kepada jama'ah. Beliau
memuji Allah dan menyanjungnya. Kemudian beliau
mengatakan,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺁﻳَﺘَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﺨْﺴِﻔَﺎﻥِ ﻟِﻤَﻮْﺕِ ﺃَﺣَﺪٍ ﻭَﻟَﺎ
ﻟِﺤَﻴَﺎﺗِﻪِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻛَﺒِّﺮُﻭﺍ ﻭَﺻَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺗَﺼَﺪَّﻗُﻮﺍ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ
ﺃُﻣَّﺔَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﺃَﻏْﻴَﺮُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺰْﻧِﻲَ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﺃَﻭْ ﺗَﺰْﻧِﻲَ
ﺃَﻣَﺘُﻪُ ﻳَﺎ ﺃُﻣَّﺔَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻣَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻟَﻀَﺤِﻜْﺘُﻢْ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻭَﻟﺒَﻜَﻴْﺘُﻢْ
ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ
" Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di
antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak
pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian
melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah,
bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. Kemudian beliau
bersabda: Wahai Umat Muhammad, demi allah, tidak ada
seorangpun yang lebih pencemburu daripada Allah. (Dia
cemburu) hamba sahaya laki-laki dan hamba sahaya
perampuan-Nya berzina. Wahai umat Muhammad, demi
Allah kalau saja kalian tahu apa yang aku ketahui
niscaya kalian sedikti tertawa dan banyak menangis."
(HR. Al-Bukhari)
Oleh : Ustad Ahmad Hasan
Redaktur : Babur Rahmah
sumber :
MutiaraPublic.com
Komentar
Posting Komentar